Part 4. (Lanjutan) Studi Kasus Penilaian Faktor Internal

Disclaimer : Laman ini hanya untuk keperluan pembelajaran kuliah strategic management. Adapun contoh sekolahnya adalah fiktif belaka, tidak mencerminkan suatu lembaga/institusi manapun.

Studi Kasus: Sekolah Swasta Nusantara Mandiri

Sekolah Swasta Nusantara Mandiri adalah sekolah menengah berbasis Islam yang memiliki reputasi baik di daerah perkotaan. Sekolah ini dikenal memiliki guru berpengalaman dan loyal, serta kurikulum integratif agama–sains yang menjadi keunggulan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sekolah menghadapi tantangan: munculnya sekolah swasta baru dengan fasilitas digital yang lebih modern, sementara sistem manajemen mutu di sekolah ini masih manual.

Untuk meninjau kekuatan dan kelemahannya secara strategis, tim manajemen mutu sekolah melakukan analisis internal dengan menyusun tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary). Lima faktor utama dipilih berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan sekolah.


Langkah Penentuan Bobot, Rating, dan Skor Tertimbang

No Faktor Internal Jenis Bobot Rating Skor Tertimbang Alasan Pemberian Nilai
1 Guru berpengalaman dan loyal (tingkat retensi > 95%) Kekuatan 0.20 4 0.80 SDM guru merupakan aset utama sekolah yang menjaga mutu pembelajaran dan stabilitas organisasi.
2 Kurikulum integratif agama–sains yang efektif Kekuatan 0.15 3 0.45 Kurikulum khas dan bernilai, meskipun dampaknya tidak sebesar faktor SDM.
3 Sistem manajemen mutu belum digital Kelemahan 0.25 2 0.50 Kelemahan kritis yang perlu segera dibenahi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
4 Ketergantungan tinggi pada dana BOS Kelemahan 0.20 1 0.20 Risiko besar terhadap keberlanjutan keuangan sekolah jika tidak ada sumber dana alternatif.
5 Jaringan alumni aktif dan mendukung promosi sekolah Kekuatan 0.20 4 0.80 Faktor sosial yang kuat dan memberikan kontribusi besar terhadap reputasi sekolah.
Total 1.00 2.75

Interpretasi Hasil

  • Total Skor IFAS = 2.75
    Karena skor ini berada di atas titik tengah (2.5), maka Sekolah Cendekia Mandiri berada dalam posisi internal yang kuat. Artinya, secara keseluruhan kekuatan internal lebih dominan dibanding kelemahan, dan sekolah memiliki modal strategis untuk melakukan pengembangan lebih lanjut.

  • Makna Bobot: Bobot menunjukkan tingkat kepentingan relatif terhadap keberhasilan sekolah. Semakin besar bobot, semakin penting faktor tersebut bagi keberlanjutan organisasi.

  • Makna Rating: Rating menunjukkan seberapa baik organisasi merespons faktor tersebut. Untuk kekuatan, nilai tinggi (3–4) berarti dimanfaatkan dengan baik; untuk kelemahan, nilai rendah (1–2) menunjukkan sejauh mana masalah masih signifikan.

See also  Presentasi Keunggulan Video sebagai Media Belajar

Diskusi Reflektif untuk Mahasiswa

  1. Mengapa “sistem manajemen mutu belum digital” diberi bobot tertinggi, padahal merupakan kelemahan?

  2. Apakah ada faktor internal lain yang seharusnya mendapat bobot lebih besar atau rating berbeda? Jelaskan alasannya.

  3. Jika sekolah ingin memperkuat posisinya menjadi “sangat kuat”, faktor mana yang paling strategis untuk ditingkatkan terlebih dahulu?

Leave a Comment