29/04/2024

dedysetyo.net

Berbagi Semangat, Menyebarkan Inspirasi..

Design Thinking dalam Pendidikan

*update

Artikel ini akan masuk pada Buku kompilasi karya-karya terpilih Inovasi Guru JSIT Indonesia

=====

“Kreativitas manusia tidak terbatas. Adalah kapasitas manusia untuk membuat sesuatu yang belum pernah terbuat. Kreativitas menyediakan kunci untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial”.

(Muhammad Yunus, Penerima Nobel Perdamaian 2006).

Pengantar

Muhammad Yunus merupakan seorang Profesor Ekonomi yang menginspirasi. Kiprahnya dalam membangun ekonomi di negaranya Bangladesh, dimulai dari kegelisahannya terhadap masyarakat miskin disekitarnya yang kesulitan dan tergopoh-gopoh dalam membangun kehidupannya. Masyarakat kurang mampu ini sangat susah untuk memulai usaha  ekonominya, bukan hanya tidak dipercaya oleh Bank untuk memperoleh pinjaman ringan, namun juga tidak memiliki akses-akses terhadap mobilitas ekonomi.

Bank konvensional umumnya membutuhkan syarat collateral (jaminan) kepada si peminjam untuk mendapatkan dana sejumlah tertentu, hal inilah yang menjadi pengganjal susahnya si miskin, karena memang tidak memiliki apapun untuk dijaminkan, walhasil modal yang tadinya bisa untuk mengembangkan ekonominya, namun urung untuk dilakukan karena tidak dipercayanya si calon peminjam ini.

Yunus mengembangkan Grameen Bank, dengan memberikan kredit mikro yang awalnya berasal dari kantong pribadinya sebagai akademisi. Tanpa membutuhkan syarat yang menyulitkan, sehingga banyak calon nasabah yang mengantri ingin dibantu.

Dengan membuat kelompok-kelompok kecil dari kalangan wanita, satu sama lain saling menopang, membantu, dan meringankan tetangganya, para peminjam ini sukses membuktikan diri dengan makin berhasilnya usaha-usaha kecil mereka yang dibangun dari pinjaman Grameen Bank.

Kesuksesan usaha itu dibuktikan dengan tingkat pengembalian fantastis yang mencapai diatas 98%. Lambat laun, kelompok-kelompok kecil ini berhasil mengangkat harkat martabat keluarganya, perlahan melepaskan diri dari jerat kemiskinan yang sudah menggurita.

Gizi untuk anak-anaknya makin membaik pula, pendidikannya juga menanjak lebih tinggi daripada orang tuanya. Sistem yang dikembangkan Grameen Bank ini berhasil. Tidak hanya berhasil di Bangladesh, namun juga di adopsi oleh hampir 130 negara di dunia. Atas kiprahnya, Muhammad Yunus diberikan penghargaan istimewa sebagai peraih Nobel perdamaian pada tahun 2006.

See also  Inspirasi Technopreneurship; Solusi agar bangsa mandiri secara ekonomi
Muhammad Yunus penerima Nobel Perdamaian 2006

Kisah Yunus dalam kacamata sosial ekonomi ini berhasil membuka gelap mata orang-orang yang tadinya pesimis dengan pendekatan kredit micro ala Grameen Bank. Namun dengan penuh keyakinan, Yunus berhasil mengubah persepsi, sekaligus membuktikan bahwa perubahan bisa digagas ditengah kesulitan pelik sekaligus problematik.

Dalam dunia pendidikan, unit satuan terkecil yang dinamakan sekolah, seringkali dalam perjalanannya mendapatkan tantangan (kalau tidak disebut kesulitan) dan dinamikanya. Mulai dari keterbatasan sarana prasarana, rendahnya kemajuan peserta didik, pembelajaran, SDM, pendanaan dan berbagai kebuntuan lainnya.

Ada yang berhasil mengatasi, namun tidak sedikit juga yang memilih untuk gagal. Jika sekolah itu berhasil, maka akan mendapatkan pelajaran baru bagi perjalanan organisasinya ditahun-tahun berikutnya. Tak jarang, usia sekolah yang semakin berbilang, sejatinya merupakan gambaran kematangan sekolah tersebut dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya.

Tak jarang, inovasi banyak dilahirkan dari masa-masa sulit yang dihadapi oleh sekolah. Inovasi inilah yang berperan menyelesaikan persoalan, juga mengembangkan sekolah menjadi lebih unggul dimasa-masa berikutnya.

Proses menemukan inovasi pada masing-masing organisasi juga berbeda-beda, ada yang butuh waktu tahunan, bulanan, atau lebih singkat dari waktu-waktu yang tersedia. Semakin cepat lahirnya inovasi maka akan lebih cepat dieksekusi, sehingga akan membuat organisasi sekolah lebih fokus pada tugas utamanya. Semakin cepat produk inovasi ditemukan, akan menggiring pada keberhasilan sekolah menuntaskan kewajiban-kewajibannya.

Design Thinking

Tim Brown, CEO dari IDEO Inc (salah satu perusahaan terinovatif di dunia) memberikan referensi penting pada tulisannya yang berjudul “Design Thinking”, terbit pada Harvard Business Review pada Juni 2008. Design Thinking ini merupakan pendekatan, strategi sekaligus mindset untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kebutuhan manusia (Human Centered Needs).

Ada lima keyword yang berhubungan dengan Design Thinking. Pertama, Mindset (terutama Growth Mindset, sebuah gagasan yang disampaikan oleh Prof Carol Dweck), yakni seperangkat cara berpikir yang senantiasa tumbuh, mencintai tantangan dan belajar hal baru, eksplorasi potensi yang dimiliki. Untuk lebih dalamnya, Anda bisa membaca buku “Mindset” karya Prof Carol Dweck.

Kedua, Kolaborasi. Siap untuk bekerja sama dengan pihak lain diluar kita. Karena pendekatan ini berhubungan erat dengan pihak yang berbeda, maka keterbukaan mindset pada point sebelumnya menjadi penting untuk dimiliki. Ketiga, Problem Solving. Berorientasi menyelesaikan masalah yang dihadapi. Upaya dalam design thinking pada muaranya akan berorientasi solusi. Keempat, Eksperimental. Melakukan serangkaian percobaan dari solusi yang dipilih, sampai pada titik dianggap berhasil (lebih efektif, lebih efisien, lebih paripurna). Kelima, lintas disiplin. Bahwa pendekatan penyelesaian masalah hari ini muncul dari pertemuan antar disiplin ilmu. Bioteknologi, merupakan pertemuan antara ilmu biologi dengan teknologi, rekayasa DNA, dan persilangan.  Bidang yang relatif baru saat ini seperti UX Writing, merupakan “perkawinan” antara ilmu IT dengan Psikologi. Serta berbagai contoh-contoh “perkawinan” lintas ilmu yang lainnya.

See also  Perancangan dan Pembuatan Media Belajar Bahasa Indonesia di Al Izhar Jakarta

Penerapan Design Thinking dalam bidang pendidikan.

Upaya penerapan Design Thinking dalam Pendidikan terus menerus bergerak dari sejak tahun 2008 yang lalu, IDEO Inc bahkan membuat panduan dan contoh sukses sekolah-sekolah yang berhasil menerapkan Design Thinking dalam bukunya “Design Thinking for Educators” yang diterbitkan pada tahun 2008.

Beberapa contoh sukses diantaranya sebagai berikut :

1). Sekolah Dasar Ormondale di California ingin mempersiapkan siswa mereka dengan baik untuk masa depan. Mereka memutuskan sudah waktunya untuk secara kolaboratif merancang pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang menurut mereka diperbarui dan relevan untuk abad ke-21.

Potret pembelajaran di Ormondale School. Sumber : https://ormondale.pvsd.net

Secara kolektif, mereka memulai perjalanan dengan Design Thinking dan sampai pada pendekatan yang mereka sebut “Pembelajaran Investigasi” (Investigative Learning), yang membahas siswa bukan sebagai penerima informasi, tetapi sebagai pembentuk pengetahuan. Sekolah terus berkembang dan berbagi pendekatan ini dengan guru baru melalui pembuatan Manual Pembelajaran Investigatif untuk melacak filosofi dan metode mereka.

Mereka mendapat support dan pengakuan dari dinas pendidikan mereka, dan akhirnya mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Unggulan di California. Staf pengajar di Ormondale Elementary School menggunakan Design Thinking untuk memenuhi kebutuhan siswa mereka yang terus berkembang.

2). Hasil prestasi siswa yang rendah secara terus menerus di Castle High School di Hawaii menunjukkan perlunya desain ulang dan restrukturisasi sekolah. Design Thinking Hawaii, merupakan sebuah organisasi nirlaba yang melibatkan sukarelawan mencoba menerapkan Design Thinking pada tantangan besar ini, bermitra dengan Departemen Pendidikan Hawaii untuk menata ulang pengalaman Castle High.

Melalui rangkaian mini-charettes, Design Thinking Hawaii telah mengumpulkan kebutuhan dan minat pelajar, guru, dan keluarga serta melibatkan komunitas yang lebih besar untuk membayangkan solusi baru yang dapat membantu sekolah menjadi lebih efektif.

See also  Motivasi Menulis Habiburrahman El Shirazy

Rencana yang baru diadopsi, dengan menangkap prioritas komunitas dalam konten dan kurikulum baru, supervisor pendidikan disana memberikan keleluasaan kepada sekolah dan komunitas untuk membuat prototipe dan mengulang kurikulum inti, pendidikan karakter, dan layanan dukungan.

Ini adalah model sekolah umum pertama di Hawaii yang merancang desain pendidikannya bersama dengan komunitas, menargetkan masalah pendidikan sistemik. Design Thinking Hawaii menggunakan desain untuk memberikan masukan kepada negara bagian yang akan membentuk desain ulang Castle High dan sekolah lain di masyarakat. Pada akhirnya hasil prestasi siswa meningkat dari waktu ke waktu.

Upaya penerapan Design Thinking dalam contoh-contoh diatas, memberikan benang merah bahwa dalam setiap upaya inovasi terhadap perubahan, selalu melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan secara kolektif, mendefinisikan issue secara bersama, lalu merumuskan inovasinya juga secara kolaboratif.

Semoga memberikan inspirasi bahwa sekolah akan selalu adaptif dengan perubahan, pandai menjalin kolaborasi dan makin matang dengan tantangan yang dihadapinya. Dengannya sekolah kita akan senantiasa unggul dan berkemanfaatan luas untuk masa depan.

Info Penting

Youtube Channel Dedy Setyo Afrianto

Akses Youtube Channel Dedy Setyo Afrianto untuk beragam informasi penting lainnya. Jangan lupa subscribelike dan komen.

Buku-buku dan karya Dedy Setyo Afrianto dapat juga diakses melalui https://s.id/bukudedy

Terima kasih.