Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) (tulisan ke-2 dari 2 tulisan–habis)

Melanjutkan empat komponen CTL sebelumnya, bahasan di bawah ini menguraikan tentang komponen berikutnya. Selamat membaca !. 5. Pemodelan (Modelling) Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, model juga dapat didatangkan dari luar. Pemodelan artinya, dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang biasa ditiru. Misalnya, guru memperagakan … Read more

Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) (tulisan ke-1 dari 2 tulisan)

Melanjutkan bahasan tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai salah satu pendekatan belajar yang kontekstual dan bermakna, berikut saya tuliskan apa saja yang menjadi komponen dari CTL. Harapannya menggunakan panduan ini, CTL dapat dengan mudah diterapkan dalam kelas-kelas kita. Karena adanya 8 komponen, saya bagi menjadi 2 bagian (masing-masing 4 paparan) agar tidak terlampau panjang serta fokus dalam pembahasan. Apa sajakah komponennya ?

1. Konstruktivisme

Prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme meliputi membangun interpretasi peserta didik berdasarkan pengalaman belajar, menjadikan pembelajaran sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan tidak hanya sebagai proses komunikasi pengetahuan, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk pemecahan masalah, pembelajaran bertujuan pada proses pembelajaran itu sendiri, bukan pada hasil pembelajaran, pembelajaran berpusat pada peserta didik, dan mendorong peserta didik dalam mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi (Warsita (2009 : 90).

Adalah Piaget yang mengembangkan teori ini. Menurutnya, bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Peserta didik, bukanlah seperti wadah kosong yang bisa dijejali dengan berbagai indoktrinasi pengetahuan oleh guru. Peserta didik sebenarnya mempunyai kemampuan dalam menyusun gagasan atau pengetahuan berdasarkan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Gagasan atau pengetahuan yang disusun oleh peserta didik akan menjadi pengetahuan yang bermakna dan tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu, guru hanya sebagai fasilitator, dengan cara merekayasa kondisi tertentu agar proses belajar dapat berlangsung. Dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang mengundang atau merangsang perkembangan otak/kognitif perserta didik. Dengan demikian, model pembelajaran CTL  melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan krratif dalam mencari dan menganalisis informasi secara mandiri, sehingga mampu memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri.

Read more

Strategi Penerapan Contextual Teaching and Learning di Kelas (tulisan ke 2 dari 2 tulisan–habis)

Uraian dibawah ini merupakan lanjutan tulisan dengan judul yang sama disini. Melanjutkan paparan tentang bagaimana menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam kelas-kelas kita yang ternyata tidak terlalu sulit untuk pengaplikasiannya. 3. Menggabungkan Sekolah dengan Pekerjaan   Otak selalu ingin melihat makna di dalamnya. Dalam memahami sesuatu otak selalu mengingat penggunaannya dalam situasi kehidupan nyata. … Read more

Strategi Penerapan Contextual Teaching and Learning di Kelas (tulisan ke 1 dari 2 tulisan)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan ini tentang pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL), dilatarbelakangi oleh keprihatinan bahwa pembelajaran konvensional yang masih dominan dalam budaya dan model pembelajaran kita ternyata seringkali tidak dapat menggali utuh kemampuan siswa,  membatasi siswa untuk mengexplore pengetahuan dan tidak kontekstual dalam lingkungan pribadi siswa sehingga kemampuan yang mereka dapatkan dalam bangku sekolah tidak dapat secara penuh dioptimalkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa sehari-hari dimasyarakatnya.

Merupakan kumpulan dari “mozaik” yang terserak beberapa waktu yang lalu kami melakukan pengujian terhadap proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang ternyata memiliki banyak kelebihan untuk diterapkan dalam pembelajaran kita. Ada beberapa strategi dalam menerapkan CTL di kelas-kelas kita, 4 macam strategi ini akan kami paparkan dalam 2 tulisan agar lebih fokusnya dalam penjabaran.

Berdasarkan komponennya, CTL mengkolaborasikan antara cara belajar dengan strategi belajar lainnya, seperti konstruktivisme, Inquiry, problem based learning, cooperative learning, dan worked based learning. Lalu bagaimana CTL dapat dipraktikkan di dalam maupun di luar kelas?Menurut Elaine B. Johnson (2009 : 66), CTL memberikan dua pertanyaan penting bagi para siswa; “konteks-konteks apakah yang tepat untuk dicari oleh manusia?” dan “Langkah-langkah kreatif apakah yang harus saya ambil untuk membentuk dan memberi makna pada konteks?” CTL dapat diimplementasikan antara lain dengan cara:

1. Mata Pelajaran yang Saling Berhubungan (Linked Courses)

ctl

Setiap mata pelajaran mempunyai tujuan, penilaian, dan nilai akhir yang terpisah. Namun demikian, setiap mata pelajaran dapat disatukan oleh materi yang saling melengkapi dan topik yang sama. Strategi ini memerlukan kerjasama yang solid di antara para guru sebagai teamwork yang baik. Pembelajaran harus direncanakan dan dirumuskan secara bersama-sama. Menurut Elaine B. Johnson (2009 : 116), para guru dari mata pelajaran yang saling berhubungan berunding untuk memastikan bahwa materi di satu kelas melengkapi dan memperkukuh proses belajar yang terjadi di kelas lain. Strategi demikian kita mengenalnya sebagai model pembelajaran tematik. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran (Indrati, 2009). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Read more

Pengantar Contextual Teaching and Learning

Sebagai pendahuluan, tulisan dibawah ini dan serial “kuliah” berikutnya merupakan bahan diskusi dan tulisan saya dan teman-teman saat menempuh study di Pasca Sarjana jurusan Teknologi Pembelajaran. Harapannya bagi pembaca pada umumnya, ataupun teman-teman guru pada khususnya dapat memiliki khasanah baru tentang dunia pengajaran. Selamat membaca !.

Setelah melewati fase gelombang perubahan pertama (era agraris) dan kedua (era industrialisasi), menurut Futurolog berkebangsaan Amerika Serikat Alvin Toffler (dalam Abdul Hayyie al Kattani:2002), dunia tengah mengalami gelombang perubahan ketiga yaitu era informasi  Fase ini ditandai dengan ledakan informasi yang luar biasa. Keterbukaan dan penetrasi informasi terus menyelinap sampai pada sudut-sudut paling sempit dalam kehidupan manusia. Menurutnya, kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh kecerdasannya dalam menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain, ketidakmampuan dalam menyerap informasi secara maksimal akan mengakibatkan ketertinggalan peradaban suatu bangsa.

Berdasarkan argumentasi tersebut, maka  pendidikan sesungguhnya memegang peranan penting dan strategis terutama dalam upaya menyerap dan memanfaatkan informasi bagi kemajuan  peradaban bangsa Indonesia. Dari sekian banyak persoalan yang melingkupi dunia pendidikan di Indonesia, maka upaya peningkatan mutu pendidikan, baik mutu dari jenjang sekolah dasar sampai pada jenjang perguruan tinggi merupakan masalah memerlukan perhatian utama.

Read more