29/09/2025

dedysetyo.net

Berbagi Semangat, Menyebarkan Inspirasi..

Literasi Politik dengan Kontribusi AI

Pada tahun 2018, BuzzFeed, sebuah perusahaan media AS menerbitkan tayangan video mantan Presiden AS Barack Obama berbicara langsung kepada kamera, di tempat yang tampak seperti Oval Office. Menyusul beberapa pernyataan yang agak di luar karakternya, Obama melontarkan kejutan dengan pernyataannya melabel Trump dengan julukan yang tidak patut di depan media.

https://www.youtube.com/watch?v=cQ54GDm1eL0

Dengan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI), ternyata tim produksi Jordan Peele telah merekonstruksi wajah Obama secara digital agar mencerminkan wajahnya. Saat AI menyintesis wajah Peele, sementara Peele meniru gerak bicara Obama dengan akurat.

Video ini nampak seperti bagian dari industri hiburan semata, namun jika tidak dikelola dengan apik, salah-salah bisa menjadi inspirasi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Karnouskos, S. (2020) dalam artikelnya menyoroti munculnya fenomena “Deepfakes”. Yakni penciptaan produk digital yang realistis, namun berbeda dengan realita yang sesungguhnya. Beberapa implikasi utama dari sudut pandang penelitian Karnouskos menunjukkan bahwa kita sebagai masyarakat belum siap menghadapi munculnya deepfake.

Mulanya, Deepfake sendiri oleh Bregler (1997) pernah diulas sebagai penyesuaian video dengan audio untuk kebutuhan dubbing dan lipsync.

Namun perkembangan AI mampu mengorkestrasi teknologi ini untuk masuk kedalam ranah-ranah yang lebih luas, yang semula untuk industri hiburan bergerak ke bidang sosial, politik dan wilayah lainnya.

Tidak hanya berpotensi missed informasi namun juga berpotensi mengakibatkan missed persepsi dan missed konteks. Akumulasinya akan memunculkan agregat gerakan yang tidak terkendali dan cenderung mencemaskan banyak pihak.

Lalu bagaimana dengan kondisi perpolitikan kita menuju tahun politik 2024 nanti ?. Alih-alih untuk penyebaran berita sensasi dan menimbulkan potensi konflik, AI sesungguhnya dapat digunakan sebagai senjata efektif untuk meningkatkan kualitas pemilu kita. AI dapat menjadi tools istimewa, termasuk salah satunya dalam ranah politik.

AI dan Literasi Politik kita

Kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis, menggunakan, dan berpartisipasi secara efektif dalam proses politik disebut literasi politik. Literasi politik mencakup pemahaman tentang sistem politik, pengetahuan tentang masalah politik, dan kemampuan untuk menganalisis informasi politik.

See also  Implementasi kecerdasan buatan dalam penilaian siswa

Menurut Survei Penduduk BPS 2020, Gen Z berjumlah 74,93 juta orang, diikuti oleh milenial dengan 69,38 juta orang, dan diperkirakan akan menjadi kelompok pemilih terbesar pada Pemilu 2024. Generasi terbesar ini perlu terus menerus disupport untuk mendapatkan literasi politik yang memadai.

Kabar baiknya, Gen Z dan milenial ini sangat akrab dengan kemajuan teknologi dalam keseharian hidup mereka. Dengan teknologi, Literasi Politik dapat dilakukan dengan opsi yang lebih banyak, harapannya akan berimplikasi positif pada kualitas partisipasi pemilih kita.

Pemilih yang memiliki literasi politik yang baik mampu menganalisis informasi politik secara kritis, memahami argumen politik yang berbeda, dan membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan yang baik tentang isu-isu politik yang sedang dibahas. Ini membantu memilih calon yang lebih baik dan memahami masalah yang relevan.

Bagaimana AI dapat berperan dalam peningkatan Literasi Politik masyarakat ?

AI dapat membantu masyarakat mengenal isu-isu politik utama.

Penelitian dari Polonski (2017) selama kampanye pemilu, teknologi AI dapat melibatkan pemilih dan membantu mereka mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih baik mengenal isu-isu politik utama. Tingkat pemahaman yang lebih baik pada situasi dan kondisi yang sedang berjalan atau pengenalan isu utama di masa depan, akan menjadi basis pertimbangan yang baik bagi pemilih.

Pemilih yang baik, akan mempertimbangkan korelasi antara isu utama yang menjadi concern sebuah kebijakan dengan penyampaian program yang disuarakan oleh calon pilihan masyarakat. Akumulasi pertimbangan yang baik pada tingkat individu-individu ini, jika berjalan secara kolektif akan menjadi proses pemilihan calon yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Verifikasi berita dan sumber informasi

Kemudahan setiap orang berbagi informasi di dunia maya saat ini, berbanding lurus dengan jumlah berita bohong yang bisa menyebar setiap saat. Tanpa verifikasi dan validasi yang tepat, jumlah berita bohong yang menyebar selaras dengan potensi kepercayaan orang terhadap berita itu. Kominfo memberitakan bahwa selama pandemi terdapat berita hoax sejumlah 5.829, mulai dari seputar vaksinasi, sebaran varian baru, berita kematian dan lainnya (Kominfo, 2022).

See also  5 Personalisasi Pembelajaran AI Gratis

Perkembangan AI tidak hanya memproduksi konten semata, namun juga mampu membedakan mana fakta, dan mana hoax. Akhtar dkk (2022) menyampaikan dalam risetnya bahwa dengan menggunakan AI, kita dapat memanfaatkannya untuk memisahkan mana berita bohong, dan mana berita yang sesuai dengan fakta. Saat ini, pilihan tools AI untuk tujuan verifikasi juga semakin berbilang.

Dengan penggunaan yang sesuai, teknologi AI ini akan membantu kita memilah mana informasi yang sesuai fakta dan yang bukan. Pada akhirnya, akan menolong kita untuk filter informasi dengan lebih efisien.

Semoga perkembangan teknologi AI ini dapat menjadi instrumen yang baik dalam peningkatan literasi politik masyarakat kita. Sehingga dengannya, masyarakat akan lebih tercerdaskan dan lebih aware, pada akhirnya bermuara kepada iklim demokrasi yang lebih sehat, serta berkontribusi pada kemajuan negeri ini dimasa depan.

Referensi :

  • Akhtar, P., Ghouri, A. M., Khan, H. U. R., Amin ul Haq, M., Awan, U., Zahoor, N., Ashraf, A. (2022). Detecting fake news and disinformation using artificial intelligence and machine learning to avoid supply chain disruptions. Annals of Operations Research, 633–657. https://doi.org/10.1007/s10479-022-05015-5
  • BuzzFeed, (2018). “How To Spot A Deepfake Like The Barack Obama–Jordan Peele Video” https://www.buzzfeed.com/craigsilverman/obama-jordan-peele-deepfake-video-debunk-buzzfeed. Diakses Tanggal 25 Agustus 2023.
  • Bregler, C., Covell, M., & Slaney, M. (1997). Video Rewrite, 353–360. https://doi.org/10.1145/258734.258880
  • Karnouskos, S. (2020). Artificial Intelligence in Digital Media: The Era of Deepfakes. IEEE Transactions on Technology and Society, 1(3), 138–147. https://doi.org/10.1109/tts.2020.3001312
  • Kementrian Kominfo RI, (2022). “5.829 Hoaks Seputar Covid-19 Beredar di Media Sosial, Simak Rinciannya” https://aptika.kominfo.go.id/2022/04/5-829-hoaks-seputar-covid-19-beredar-di-media-sosial-simak-rinciannya/. Diakses Tanggal 25 Agustus 2023.
  • Polonski, V. W. (2017) ‘Artificial Intelligence Has the Power to Destroy or Save Democracy’, Council on Foreign Relations. https://www.cfr.org/blog/artificial- intelligence-has-power-destroy-or-save-democracy. Diakses Tanggal 25 Agustus 2023.
  • Republika Online, (2023). “Sepuluh Orang Meninggal dalam Kerusuhan di Wamena, Propam Polda Papua Evaluasi SOP”. https://news.republika.co.id/berita/rqm7y4377/sepuluh-orang-meninggal-dalam-kerusuhan-di-wamena-propam-polda-papua-evaluasi-sop. Diakses Tanggal 25 Agustus 2023.
See also  10 Tools AI untuk Membuat Presentasi Gratis

Info Penting

Youtube Channel Dedy Setyo Afrianto

Akses Youtube Channel Dedy Setyo Afrianto untuk beragam informasi penting lainnya. Jangan lupa subscribelike dan komen.

Buku-buku dan karya Dedy Setyo Afrianto dapat juga diakses melalui https://s.id/bukudedy

Terima kasih.