Pengalaman mengembangkan dan menerapkan e-learning di lembaga sendiri sejak 6 tahun silam (sejak tahun 2007) memberikan pelajaran penting bahwa grusa-grusu (istilah bahasa jawa yang berarti buru-buru) pada endingnya akan memberikan kelelahan ketimbang hasil memuaskan yang dicari. Bagaimana tidak, dari course yang disiapkan dari seluruh kelas dan guru, yang akhirnya bisa terlibat kuat dengan model pendekatan pembelajaran ini tidak sampai 50 % dari keseluruhan kelas. Selaras dengan temuan (Dublin, 2003) dan (Delio, 2000) bahwa ketika e-learning itu diwajibkan kepada perseorangan maka sekurangnya 30% orang akan menolaknya. Kalau dari siswa, minat mereka malah sebaliknya, antusiasme dan motivasi mereka malah luar biasa besar, sampai-sampai mata mereka berbinar2 kalau saya sedang menggunakan metode ini..he.he #lebay.
Tantangan lain yang tak kalah pelik adalah urusan pengelolaan infrastruktur yang luar biasa complicated. Mulai dari perangkat pc/laptop yang tak semua mereka memilikinya (saat itu), urusan jaringan komputer yang wajib merambah dahsyatnya kontur sekolah kami yang berada di pedalaman hutan dengan cakupan sekitar 30 hektar lebih seperti pada penampakan berikut

Ditambah lagi dengan kesiapan penyediaaan bahan ajar dan media berbasis soft file dan siap edar dengan segera, membuat berbagai persiapan nampaknya perlu dipikirkan dengan matang, serta tentunya hal-hal pendukung penting lainnya…
Kalau boleh saya simpulkan beberapa problem yang akan dihadapi oleh setiap lembaga yang akan menerapkan dan mengembangkan e-learning di institusinya adalah sebagai berikut :
- Infrastruktur
Berupa perangkat jaringan baik itu jaringan intranet/internet sebagai supporting system utama. Ditambah dengan keberadaan server yang siap online 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
- Sumber Daya Manusia
Budaya manusia bekerja tidak bisa dengan mudahnya kita ubah tanpa pendekatan yang komprehensif dari segala sisi, nah e-learning ini percaya atau tidak, mau atau tidak, tentunya akan menjadi hal yang merubah gaya mereka bekerja. Terutama guru sebagai aktor utama dalam kelas-kelas pembelajaran, karena tanpanya maka mustahil e-learning akan berjalan.
- Konten
Meliputi bahan/media ajar baik yang berupa tacit atau explicit. Karena segenap pembelajaran akan dilakukan jarak jauh, maka penyiapan bahan ajar dan media berbentuk soft file yang valid dan reliable sangatlah penting kiranya.
- Jaminan Mutu
Mencakup kualitas teknis dari sistem yang kita bangun tentunya, apakah siap untuk meng-handle setiap aktivitas pembelajaran.
Membuat Peta
Nah sekarang, apa yang harus dilakukan untuk mencapai implementasi e-learning yang berkualitas ?. Roadmap merupakan ibarat peta yang menjadi penunjuk arah jalan kita kedepan.
Merujuk pada dokumen TIER1 Performance sebuah organisasi yang berpengalaman dalam peningkatan performance SDM yang terdiri dari expert pembelajaran, desainer dan pengembang teknologi memaparkan beberapa tahapan yakni dengan ilustrasi sebagai berikut :

Akan coba saya paparkan satu persatu tahapannya, disertai deskripsi dan hasil yang diharapkan, yakni
1. Develop Strategy
Memperkenalkan e-learning kepada segenap stakeholder institusi, komparasi antara konvensional dengan e-learning standard.
hasil yang diharapkan: Pemahaman dan persepsi bersama tentang e-learning
2. Create Content and Users
Mengidentifikasi content, course dan user group yang dibutuhkan
hasil yang diharapkan: Terbentuk tim untuk : 1). Administrasi dan Pencatatan user. 2). Ketersediaan bahan ajar dan media.3). Perekapan evaluasi/assessment dan tindaklanjut.
3. Create Pilot Course
Membuat dan implementasi course e-learning dari materi.
hasil yang diharapkan: Terbentuk petugas dan penanggung jawab course
4. Develop Marketing Plan
Membangun perencanaan marketing dan sosialisasi kepada pihak user dan stakeholder terkait
hasil yang diharapkan: Seting strategi pemasaran di lingkup users
5. Build Processes, Skills and Standards
Membangun proses, skill, control dan standar yang berulang serta konsisten dalam rangka migrasi skala besar pembelajaran ke e-learning
hasil yang diharapkan: Training admin dan pengelola
6. Launch Learning Management System (LMS) to Users
Implementasikan LMS online untuk mengantarkan, mengelola, tracking dan melaporkan aktivitas pembelajaran
hasil yang diharapkan: Sistem e-learning siap diakses dan dipergunakan
7. Assess and Improve
Implementasi program yang terstruktur dan berkelanjutan dalam rangka mengukur skill dan pembelajaran yang telah berlangsung
hasil yang diharapkan: Mengingkatnya skill penggunaan e-learning
Dengan 7 macam tahapan diatas, tentunya masing-masing bisa lebih di detailkan parameter tercapainya hasil sesuai dengan kultur organisasi anda. Sebaiknya roadmap ini memang idealnya sudah ada di benak para pemegang kebijakan, sehingga penerapan e-learning dengan adanya daya dukung yang kuat dari segala sisi harapannya akan lebih memaksimalkan perjalanannya.
Semoga bermanfaat.
Salam hangat,
Dedy Setyo.
1 thought on “Road Map Penerapan e-learning di Lembaga Pendidikan”