Serial Hybrid Learning yang barangkali teman-teman butuhkan
Part 1 : Menyiapkan Pembelajaran Hybrid sebagai Solusi
https://dedysetyo.net/2020/12/09/menyiapkan-pembelajaran-hybrid-sebagai-solusi-seri1/
Part 2 : Lingkungan Hybrid Learning
https://dedysetyo.net/2020/12/10/lingkungan-hybrid-learning-seri-2-hybrid-learning/
Part 3 : Model-model Pembelajaran Hybrid
https://dedysetyo.net/2021/01/02/model-model-pembelajaran-hybrid-seri-3-hybrid-learning/
Record Webinar Hybrid Learning :
https://dedysetyo.net/2021/01/02/menyiapkan-lingkungan-belajar-dan-model-hybrid-learning/
Menjelang akhir bulan November 2020 yang lalu, empat menteri bersepakat melalui Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan, bahwa pembelajaran tatap muka diperkenankan dengan ijin dari pemerintah daerah. Artinya kewenangan pusat berpindah ke daerah dalam rangka memutuskan pembelajaran tatap muka didaerahnya akan digelar atau tidak, inipun tentunya jika diijinkan oleh orang tua siswa.
Kondisi ini, pelan namun pasti akan membuat berbagai pihak, mau tak mau harus bersiap dengan dua kondisi. Untuk sekolah, jika ingin menyelanggarakan tatap muka, musti menyiapkan perangkat-perangkat daftar periksa kesehatan, pembelajaran dan sarana prasarana, dan dilengkapi dengan berbagai macam protokol keselamatan (lihat gambar dibawah ini )

Begitu juga dengan guru yang akan menyiapkan pembelajarannya, jika per Maret 2020 yang lalu para guru harus belajar banyak dengan bagaimana merubah pembelajaran tatap muka menjadi tatap maya atau daring, maka tantangan kedepan akan lebih lagi, yakni bagaimana agar bisa terfasilitasi nya pembelajaran baik siswa yang memilih tetap dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dimana siswa datang ke kelas seperti sebelumnya. Selanjutnya, bagaimana menyiapkan pembelajaran dengan efektif memperhatikan dua kebutuhan tersebut. Para ahli pendidikan jarak jauh mengusulkan moda pembelajaran hybrid, namun apa sesungguhnya ini ?
Apakah Pembelajaran Hybrid itu ?
Hybrid learning combines face-to-face and online teaching into one cohesive experience. Approximately half of the class sessions are on-campus, while the other half have students working online.
(Iowa State University)
dari definisi diatas, point pentingnya ada pada bagaimana pembelajaran disajikan dengan kombinasi pada masa waktu yang sama, antara siswa yang berada pada kelas tatap muka, dengan siswa yang berada di rumah masing-masing (PJJ). Sebelum kita masuk lebih jauh tentang apa dan bagaimana pembelajaran hybrid ini, berikut coba saya sajikan empat moda pembelajaran yang umum ditemui dalam masa transisi ini.
Berbagai macam istilah Moda pembelajaran dimasa transisi

Pada gambar diatas, makin ke kiri maka semakin sedikit pelibatan teknologi/proses daring nya. Sebaliknya, makin ke kanan, maka akan semakin banyak melibatkan teknologi dan daringnya.
Face to Face (Tatap muka) –sisi paling kiri, pada beberapa literatur sering disingkat F2F, ini proses belajar yang sering kita lakukan sebelum masa pandemi saat ini, siswa berada di kelas dengan guru, pembelajaran tradisional ini sudah bisa berjalan, adapun penggunaan teknologi dapat digunakan atau tidak sama sekali dalam perjalanannya. Disisi ektrim lainnya –sisi paling kanan, pada moda Online (full) semua pembelajaran dilakukan jarak jauh, berjarak nya antara pengajar dan peserta belajar, baik dari sisi waktu dan tempat, sehingga semua media, sumber dan perangkat belajar menggunakan perangkat teknologi informasi dan internet.
Dua moda ditengah melibatkan bagian-bagian penting dalam pembelajaran (tatap muka), yakni adanya pelibatan Teknologi Informasi dan internet. Blended pada dasarnya merupakan pembelajaran yang masih bertumpu pada tatap muka dalam sebagian besar aktivitasnya, namun menggunakan teknologi dalam rangka untuk menghantarkan konten pembelajaran, memfasilitasi aktivitas bahkan sampai dengan assessment nya. Sementara paling terakhir, Hybrid, aktivitasnya terbagi rata antara pertemuan tatap muka dengan jarak jauhnya, sehingga kalo bisa dibuat perbandingan, jika Blended, perbandingan tatap muka dan penggunaan teknologinya 75:25, maka Hybrid 50:50. Tapi yang perlu dicatat, sejauh ini sependek yang saya tahu, belum ada prosentase tepat untuk menjelaskan hal ini.
Kelebihan Pembelajaran Hybrid
The Center for Community College Student Engagement (CCSSE) sebuah lembaga survey dibawah naungan University of Texas pernah menyelenggarakan survey tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran hybrid, hasilnya menarik, dari sebagian besar responden yang disurvey ternyata menyatakan bahwa tidak hanya mereka (siswa/mahasiswa) mensarankan untuk tetap dilakukannya Hybrid ini, namun juga terjadi pertumbuhan positif dalam pencapaian pembelajaran (Learning Outcome) dan perolehan nilai akademik, bahkan paling rekomended jika dibandingkan dengan moda online yang lainnya.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dimana kita selama ini mengelola model ini dari waktu ke waktu, unggul pada sentuhan “humanism” dimana adanya transfer pembelajaran dengan bantuan terbimbing dari guru langsung akan memudahkan siswa untuk memahami lebih lengkap. Interaksi lebih natural juga didapatkan jika adanya diskusi, presentasi dilakukan langsung diantara sesama siswa, bersama guru. Yang hal ini lebih menantang jika dilakukan pada pembelajaran online murni.
Disisi lain, pada pembelajaran online, waktu dan tempat belajar menjadi lebih fleksibel, sumber daya materi, media dan bahan belajar dapat didapatkan dari berbagai sumber yang tak terbatas. Walaupun butuhnya koneksi dan berbagai perangkat pendukung teknologi menjadi prasyarat terjadi pembelajaran ini, kelebihan akses berbagai sumber, simulasi dan kecepatan asssessment dan feedback menjadi kekuatan luar biasa besar yang dapat digunakan untuk akselerasi pembelajaran.
Pembelajaran hybrid, dengan kombinasi kelebihan dari dua moda tersebut, memiliki point besar pada fleksibilitas, dalam waktu, proses belajar, bahan, dan bahkan sampe dengan evaluasi, akan meningkatkan percepatan pembelajaran. Siswa dengan berbagai macam gaya belajar, baik visual, auditori dan kinestetik akan dapat memilih cara, materi dan fleksibilitas yang pada akhirnya akan membentuk “otonomi belajar” siswa.

Otonomi belajar mengambil peran pro-aktif dalam proses pembelajaran, menghasilkan gagasan dan membantu dirinya memiliki kesempatan belajar, lebih dari sebuah reaksi berbagai rangsangan dari guru. Jika hal ini tercipta pada pembelajaran pada siswa, maka siswa akan mendapatkan manfaat yang luar biasa besar dari pembelajarannya, bahkan lebih besar dari pada “trigger” yang diberikan oleh gurunya. Diantaranya :
a. Merancang goals sendiri terkait pembelajarannya, apa yang hendak ingin dikuasai, perdalam dan menjadi pemahaman mendalam untuk dirinya,
b. Memiliki strategi mandiri terkait proses belajar apa yang paling “berdampak” bagi dirinya,
c. Dapat mengevaluasi proses yang berjalan, apakah efektif sesuai goals, ataukah belum,
d. Merevisi pendekatan secara mandiri agar lebih efektif dalam pengelolaan pembelajaran
Jika hal ini dimiliki oleh peserta belajar kita, maka belajar akan menjadi habit, untuk menjadi “long life learner” (pembelajar sepanjang hayat) dalam kehidupannya hingga masa berikutnya nanti.
Pada tulisan berikutnya, akan dibahas bagaimana menerapkan Hybrid Learning pada kelas Anda. Selamat mengikuti.
Semoga bermanfaat.

Info Penting

Akses Youtube Channel Dedy Setyo Afrianto untuk beragam informasi penting lainnya. Jangan lupa subscribe, like dan komen.
More Stories
Merakit Kata Menyambung Makna
Cendekia Sebagai Cahaya
Hari Guru Nasional; Tantangan dan Harapan