Jika menulis dianggap sebagai sebuah kesadaran, mungkin bisa dibilang saya (agak) terlambat mendapatkan “hidayah” ini. he he. maksud saya adalah, menulis seharusnya bisa dianggap sebagai sebuah kebutuhan. Entah itu kebutuhan publikasi, kebutuhan akademis/intelektual (tak akan mungkin anda akan mendapatkan gelar apapun tanpa melewati proses menulis ex. skripsi, tesis atau disertasi), bahkan bisa dianggap sebagai kebutuhan rekreasi. Kenapa menulis menjadi kebutuhan rekreasi ?, iya, menurut literatur yang saya baca bahwa rekreasi merupakan aktivitas penyegaran dari aktivitas yang menjadi rutinitas sehari-hari disamping pekerjaan reguler kita. Jika biasanya anda bekerja dikantor setiap hari selama minimal 8 jam, maka lambat laun anda akan mengalami kebosanan, makin anda bosan, semakin pula anda akan tidak produktif. Hal ini bisa disiasati dengan kegiatan rekreatif namun tetap “produktif”, menurut bahasa saya inilah menulis.
Disadari atau tidak, menulis ternyata telah menjadi kehiduan bagian umat manusia sejak dulu, sejak dimulainya jaman sejarah manusia. Manusia telah melakukan aktivitas tulis menuls dimulai dari simbol-simbol yang terukir dibatu dan goa. Pada jaman kita saat ini, kita dapat mengetahui sejarah peradaban manusia dari peninggalan nenek moyang kita dulu. Bahkan kita tahu peradaban yang tertua adalah dari peradaban di dekat sungai eufrat dan tigris ya dari peninggalan merekalah kita belajar. Dikehidupan kita sekarang ini, sejak teknologi SMS diperkenalkan tahun 1992 oleh ilmuwan Inggris Neil Papworth, sejak saat itulah kita dapat berkomunikasi dengan teman atau saudara kita beribu-ribu kilometer jauhnya dan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan komunikasi lewat suara. Dibarengi juga oleh Mark Zuckenberg lewat karya fenomenalnya (red. facebook), maka “update status” pun menjadi aktivitas wajib kita hampir setiap hari. Inipun masih ditambah dengan kekuatan ribuan bahkan jutaan blog yang beredar di internet beserta jejaring sosial yang lainnya di dunia maya. So, sampai disini sebenarnya menulis sudah menjadi gaya hidup kita, sadar atau tidak sadar.
Nah, kembali lagi pada topik semula, apa saja yang menjadi manfaat dari menulis ini ?.
1. Menulis mengajarkan kita berpikir terstruktur.
Ibarat sebuah kisah sinetron atau film yang sedang menyampaikan cerita kepada penontonnya, maka cerita yang menarik disimak adalah cerita yang logis, runtut dan sistematis. Sama juga dengan menulis, maka menulis melatih reflek otak kita bagaimana menyampaikan sesuatu dengan runtut.
2. Menulis membuat kita wajib membaca.
Jika pikiran kita diumpamakan adalah teko, maka jika teko ini kita inginkan berisi, maka ya dia harus diisi. Aktivitas menulis pada dasarnya adalah output, sehingga apapun yang memunculkan output, dia butuh input. Begitu kira-kira teorinya.
3. Menulis adalah aktivitas intelektual.
Manusia sebagai mahluk intelektual, yakni sebagai makhluk pembelajar. Penemuan-penemuan fenomenal manusia dari ilmuwan muslim matematikawan Al-jabar dan Al-Khawarizmi, dunia kedokteran Ibnu Sina sampai dengan Al-Ghozali dan Ibnu Rusyd dimulai dengan menuliskan konsep-percobaan-evaluasi, hal-hal seperti inilah yang membutuhkan pengkajian melalui penelitian. Jika hal ini tidak terdokumentasikan dengan baik (melalui tulisan) maka hampir bisa dipastikan generasi sesudahnya akan tidak mendapatkan manfaatnya. Selain itu menurut cak nur, dalam sebuah tulisannya, aktivitas ilmuwan lebihi dominan dalam dua macam pekerjaan, yakni : baca-tulis. Tanpa dua hal inilah seorang ilmuwan akan dikatakan “mandul”.
Tiga hal diatas setidaknya merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari aktivitas menulis. Sehingga, mari membersamai aktivitas positif ini dengan keistiqomahan.
Salam hangat,
Dedy.
More Stories
Cendekia Sebagai Cahaya
Hari Guru Nasional; Tantangan dan Harapan
Maulid Nabi dalam Perspektif Kepemimpinan